Banyak orang membeli telur retak seiring naiknya harga telur.
Alasannya karena lebih murah.
Terlebih para pedagang yang menjajakan berbagai olahan telur, pasti memutar otak untuk tetap dapat memproduksi dagangannya.
Masyarakat menganggap telur retak masih bisa dikonsumsi sebab retakannya tidak mengubah isinya.
Telur yang sudah retak ini biasanya dijual di warung-warung sekitar pemukiman.
Retakan pada telur ini bisa terjadi saat pengangkutan ataupun penyimpanan oleh pedagang, kemudian menyebabkan harganya menjadi lebih rendah dibanding yang utuh.
Biasanya, pedagang hanya menjajakan telur retak yang dianggap masih layak konsumsi dan retakannya dinilai tak banyak.
Meski demikian, apakah telur retak aman dikonsumsi atau justru berbahaya dan rentan penyakit? Berikut penjelasan tentang telur retak berdasarkan informasi dari laman RSUP dr.
Soedradji Tirtonegoro.
Asupan makanan bergizi memang dibutuhkan oleh tubuh agar dapat menunjang produktivitas serta tumbuh dan berkembang.
Selain nilai gizi, hal yang harus diperhatikan saat mengonsumsi makanan adalah kualitas.
Kualitas ini mencakup apakah makanan dengan kandungan gizi tersebut sudah terkontaminasi atau tidak.
Kontaminasi makanan adalah salah satu sebab timbulnya penyakit-penyakit tertentu.
Kontaminasi bisa terjadi dalam semua aspek pengolahan, dari awal bahan makanan dipanen sampai di dapur dan dimasak untuk diolah menjadi makanan, sama halnya dengan telur retak yang sudah mengalami penurunan kualitas secara fisik.
Sudah menjadi hal biasa jika telur mengalami keretakan karena 13-20 persen telur dari kandang hingga ke tangan konsumen mengalami keretakan.
Telur retak yang putih telurnya berubah menjadi kehijau-hijauan dan mengeluarkan bau tidak sedap dilarang dikonsumsi.
Tapi bukan berarti telur retak yang tidak punyai ciri-ciri tadi diperbolehkan untuk dikonsumsi sebab telur retak sudah kehilangan perlindungan alamiahnya sehingga telur akan rusak.
Berikut faktor yang membuat telur retak berbahaya untuk dikonsumsi.
-Retakan pada telur dapat mempermudah bakteri masuk.
Retakan yang terjadi lebih dari tiga jam membuat telur tidak dapat dikonsumsi sebab bakteri di cangkang luar diperkirakan sudah masuk.
-Cangkang telur memang tidak higienis.
Dari saat pemanenan hingga ke penjual, telur tidak pernah dicuci sehingga cangkang tidak higienis.
-Protein dalam telur sudah hilang.
Meskipun telur retak dimasak hingga bakteri yang masuk mati, hal tersebut tetap sia-sia sebab protein dalam telur sudah hilang.
Selain itu, aroma telur sudah berubah menjadi tidak sedap dan kandungan gizinya juga menjadi nihil.