Publik belakangan tengah dibuat heboh dengan berita ratusan orang di Bandung, termasuk mahasiswa yang positif HIV.
Namun, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menyatakan jumlah tersebut merupakan data akumulasi selama 30 tahun antara 1991-2021 dengan jumlah kasus sebanyak 5.843.
Masyarakat pun bertanya-tanya bagaimana cara penanganan penyakit yang disebut-sebut belum ada obatnya ini.
Berikut gejala, penyebab, penanganan, serta pencegahan HIV menurut Medicalnewstoday dan Healthline.
HIV merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak diobati, HIV akan mempengaruhi hingga membunuh sel CD4, jenis sel kekebalan tubuh yang biasa disebut sel T.
Semakin banyak sel ini terbunuh, semakin tinggi pula tubuh mendapatkan kondisi serius seperti kanker.
Sementara Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah HIV yang sudah memasuki stadium tiga.
Pengobatan yang kian canggih dan maju dengan antiretroviral membuat pengidap HIV jarang hingga ke stadium tiga atau AIDS.
Bagaimana gejala HIV? Orang dengan HIV umumnya tidak menunjukkan gejala apapun pada beberapa bulan pertama atau bahkan bertahun-tahun setelah tertular virus.
Seperti yang terjadi di Amerika Serikat, 13 persen orang dengan HIV tidak menyadari penyakit tersebut.
Orang-orang dengan HIV tanpa gejala bahkan merasa dan tampak sehat tetapi virusnya tetap berkembang dalam tubuh dan merusak sistem kekebalan tubuh.
Namun, bukan berarti tidak ada orang yang bergejala.
Sekitar dua per tiga orang dengan HIV mengalami gejala mirip flu selama 2-4 minggu setelah tertular virus.
Gejala-gejala ini secara bersamaan disebut sindrom retroviral akut, seperti demam, panas dingin, berkeringat, terutama pada malam hari, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam difus, kelelahan, lemah, nyeri sendi, nyeri otot, dan sakit tenggorokan.
Selain itu, infeksi jamur mulut atau vagina berulang, radang paru-paru, dan herpes zoster juga merupakan gejala HIV.
Umumnya orang yang tertular HIV juga tertular infeksi menular seksual (IMS).
Gejala-gejala ini muncul karena sistem kekebalan tubuh sedang melawan infeksi.
Jika mengalami berbagai gejala ini selama 2-6 minggu, sebaiknya lakukan tes.
Penyebab HIV dapat ditularkan ketika cairan tubuh yang mengandung virus HIV bersentuhan dengan penghalang permeabel di dalam tubuh penerima atau celah kecil di jaringan lembab area tertentu, seperti kelamin.
Penularan HIV dapat melalui darah, air mani, cairan pramani, cairan vagina, cairan rektal, serta ASI.
Cairan mengandung virus HIV tidak dapat menular melalui air liur.
HIV umumnya ditularkan lewat hubungan seks ataupun anal.
Sedangkan pada bayi, HIV ditularkan oleh ibu selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Kemungkinan lain penularan adalah transfusi darah atau menyuntikkan cairan pada tubuh.
PengobatanSaat ini belum ditemukan obat untuk HIV.
Namun, kedokteran mengembangkan perawatan antiretroviral yang berfungsi mengurangi risiko penularan.
Selain itu, perawatan ini juga membantu memperpanjang hidup pengidap HIV serta meningkatkan kualitas hidupnya.
Berikut pengobatan dan pencegahan HIV.
Pil HIV darurat PEP Setelah kemungkinan terpapar harus segera berkonsultasi tentang profilaksis pascapajanan atau PEP.
Ketika orang segera meminum obat ini, kemungkinan infeksi akan berhenti.
Meskipun PEP tidak 100 persen efektif, perlu menggunakan teknik pencegahan seperti perlindungan penghalang dan praktik injeksi yang aman, termasuk saat meminum PEP.
Obat antiretroviral Obat antiretroviral bekerja melawan infeksi serta membantu memperlambat penyebaran virus.
Umumnya, orang dengan HIV menggunakan kombinasi obat yang disebut terapi antiretroviral.
Pengobatan alternatif atau komplementer Pengobatan alternatif dengan herbal memang tidak ada bukti yang menunjukkan efektivitasnya namun cukup banyak dilakukan.
Pencegahan -Menggunakan penghalang atau pengaman.
Salah satu cara untuk mencegah tertular HIV adalah dengan menggunakan pengaman saat sedang berhubungan seksual seperti kondom.
-Menggunakan jarum suntik yang aman.
Penularan HIV paling utama melalui jarum suntik saat penggunaan narkoba intravena.
Berbagi jarum suntik inilah yang menyebabkan virus menyebar.
Maka, berhenti memakai obat-obatan terlarang dengan cara apapun tepat untuk menghindari HIV.
Namun, penggunaan jarum suntik juga bisa dilakukan saat transfusi darah, maka gunakan jarum yang aman.
-Menghindari paparan cairan tubuh yang mengandung virus.
Untuk mengurangi risiko terpapar HIV, mengurangi kontak dengan darah, air mani, cairan vagina, dan berbagai cairan tubuh lain yang mengandung virus HIV sangat disarankan.
-Tidak menyusui.
Virus HIV bisa ditularkan melalui ASI, maka wanita dengan HIV tidak diperbolehkan menyusui.
-Pendidikan, mengetahui bahaya HIV seharusnya dapat membantu menghindari HIV.